Pemberontak di Surga Kecil
Di surga kecil
yang kupahat di benak,
di mana mimpi-mimpi menari tanpa alas,
kau hadir sebagai badai yang diam-diam menggerogoti keheningan,
menyulut bara pada padang yang selama ini tenang.
Pemberontak,
kau adalah nyala yang tak pernah padam,
seuntai hasrat yang menolak tunduk pada kebisuan,
melawan waktu yang kaku dan perintah langit yang jumawa,
kau ukir takdirmu sendiri, di antara puing dan cahaya.
Surga kecil
ini, tak lagi biru tanpa cela,
ia merah, jingga, dan hitam seiring langkahmu menantang batas,
kau hancurkan tembok-tembok kenangan yang ingin membungkusmu,
mengganti rantai dengan sayap, mencari udara di ruang bebas.
Namun, dalam
segala hiruk pikuk pemberontakan,
kudengar degup jantungmu mengalunkan sebuah nada,
lagu yang tak dimengerti oleh malaikat atau iblis,
melainkan hanya oleh mereka yang memilih menjadi manusia seutuhnya.
Pemberontak di
surga kecil ini,
kau ajarkan aku, bahwa damai bukanlah ketiadaan luka,
melainkan keberanian untuk mencintai dunia
meski ia tak pernah benar-benar sempurna.