Surat Ernesto Che Guevara untuk Kaum Muda.

 “ Revolusi bukanlah sebuah apel yang jatuh ketika matang. Anda harus membuatnya jatuh." Che Guevara.

Ernesto "Che" Guevara adalah seorang tokoh revolusioner, dokter, dan penulis dari Argentina. Ia lahir pada tanggal 14 Juni 1928 dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 1967. Guevara dikenal karena perannya dalam Revolusi Kuba yang berhasil menggulingkan pemerintahan diktator Fulgencio Batista di Kuba pada tahun 1959, yang kemudian membawa Fidel Castro ke tampuk kekuasaan.

Che Guevara juga dikenal karena idealisme dan komitmen politiknya terhadap gerakan revolusioner global. Ia memainkan peran penting dalam membantu menyebarkan paham Marxis-Leninis dan mempromosikan revolusi bersenjata sebagai cara untuk mengatasi ketidaksetaraan dan penindasan.

Wajah Che Guevara yang diabadikan dalam sebuah foto oleh Alberto Korda menjadi ikon revolusi dan perjuangan di seluruh dunia. Foto tersebut menampilkan Guevara dengan penampilan khasnya, berdasarkan gambar tersebut, ia sering kali dianggap sebagai simbol perjuangan melawan penindasan dan kapitalisme.

Meskipun Guevara dianggap sebagai pahlawan dan inspirasi oleh beberapa orang, pandangannya juga kontroversial dan konteks sejarahnya kadang-kadang diperdebatkan. Ia terlibat dalam beberapa operasi revolusioner di berbagai negara, dan beberapa kritikus menganggapnya sebagai tokoh yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia. Meskipun demikian, warisannya tetap memiliki pengaruh yang signifikan dalam sejarah perjuangan revolusioner dan gerakan sosial di seluruh dunia.

Berikut surat Ernesto Che Guevara kepada kaum muda.

Kalau aku boleh memilih untuk berjuang, mungkin saat ini aku tinggal bersama kalian. Melewati jalanan yang padat lalu lintas, dengan iring-iringan spanduk yang panjang, kalian ketuk nurani para penguasa. Kaum yang berbaju megah, berkendaraan bagus dan punya mobil mengkilap.

Kalian pertaruhkan segalanya, kesempatan untuk hidup senang, kemapanan pekerjaan dan sekolah yang kini kian mahal. Buang segala teori sosial yang ternyata tak bisa membaca kenyataan. Keluar kalian dari training-training yang pada akhirnya tidak membuat kita paham dan mau membela orang miskin. Ku pilih tinggal beserta berjuang di hutan karna disana aku kembali mendengar rintih dan suara orang yang hidupnya menderita.

Andai aku masih diberi kesempatan untuk kembali ke negerimu. Pastilah aku enggan untuk duduk dikursi. Akan aku habiskan waktuku untuk mengelilingi kotamu yang padat dengan orang miskin. Akan ku sapa setiap anak lapar yang menjinjing bekal botol minuman untuk mendapa uang receh.

Akan aku datangi para nelayan yang kini lautnya dipenuhi oleh pipa-pipa gas perusahaan asing. Akan ku bantu para buruh bangunan yang menghabiskan waktunya untuk memanggul alat-alat berat. Dan akan ku temani para buruh pabrik yang masih saja diancam oleh PHK. Tentu aku akan mendatangimu anak muda, yang resah dengan kenaikan BBM atau proyek pendidikan yang kian hari kian mahal. Ku rasa aku tidak bisa istirahat jika tinggal di negerimu.

Kalau aku boleh memilih untuk melawan, mungkin sekarang ini aku akan duduk bersama kalian. Aku akan bilang kalau perjuangan bukan saja melalui tulisan, puisi, buku, apalagi setajuk proposal. Perjuangan butuh keringat, pekikan suara, dan dentuman kata-kata. Kita bukan melawan seekor siput tapi buaya yang akan menerkam jika kita lengah. Hutan rimba mengajariku untuk tidak mudah percaya pada mulut-mulut manis.

Hutan rimba mendidikku untuk tidak terlalu yakin dengan janji. Aku suda hapal mana tabiat serigala dan mama watak kelinci. Kalau kau baca tulisanku, mustinya kau bisa menyakini, kalau kekuasaan hanya bisa bertahan selama kita mematuhinya. Kekuasaan bisa bertahan selama mereka mampu menebar ketakutan. Dan aku sejak dulu dididik untuk selalu sangsi dan curiga pada penguasa.

Kalau aku bisa memilih, mungkin sekarang aku ingin berjalan dengan kalian. Menonton orang-orang pandai berdebat dimuka televisi atau aktivis yang melacurkan keyakinannya. Ngeri aku menyaksikan orang-orang pandai yang berbohong dengan ilmunya. Sederet angka dibuat untuk membuat orang percaya bahwa si miskin makin hari makin berkurang.

Menonton aktivis senior yang kini juga berdebat untuk duduk jadi penguasa. Katanya: didalam kekuasaan tidak ada suara rakyat maka kita mengisinya. Aku bilang, itulah para pembual yang yakin perubahan bisa muncul karna kita duduk dibelakang meja. Demokrasi acapkali berangkat dari dalil yang naif seperti itu. Aku sayangnya tak lagi bisa memilih untuk berdiri dan berbincang dengan kalian semua.

Anak muda, aku telah tuliskan puluhan karya untuk menemanimu. Dibungkus dengan sampul wajahku, yang tampak belia dan mungkin tampan, aku tuangkan pesan kepada kalian. Keberanian yang membuat kalian akan tahan dalam situasi apapun..! Hutan melatihku untuk percaya kalau kemapanan, kenikmatan badaniah, apalagi kekayaan hanya menjadi racun bagi tubuh kita.

Kemapanan membuat otakmu makin lama makin bebal. Kau hanya mampu mengunyah teori untuk disemburkan lagi. Kemapanan membuat hidupmu seperti seekor ular yang hanya mampu berjalan merayap. Kekayaan akan membuat tubuhmu seperti sebatang bangkai. Hutan melatihku untuk menggunakan badanku secara penuh.

Kakiku untuk lari kencang bila musuh datang, dan tanganku untuk mengayun pukulan jika aku diserang. Anak muda, nyali sama harganya dengan nyawa. Jika itu hilang, niscaya tak ada gunanya kita hidup!

Keberanian itu seperti sikap keberimanan. Jika kau peroleh keberanian maka kau memiliki harga diri. Sikap bermartabat yang membuatmu tidak mudah untuk dibujuk. Hutan membuatku selalu awas dengan kenangan, kedamaian, dan cicit suara burung. Hutan melatihku untuk sensitif pada suara apa saja. Jangan mudah kau terpikat oleh kedudukan, pengaruh, dan ketenaran.

Kedudukan yang tinggi akan membuatmu seperti manusia yang diatur oleh mesin. Ku tinggalkan jabatan mentri karna hidupku menjadi lebih terbatas dan ruang sosialku dipenuhi oleh manusia budak, yang bergerak kalau disuruh. Apalagi ketenaran hanya akan mendorongmu untuk selalu ingin menyenangkan semua orang, membuat lumpuh energi perlawananmu. Ingat, racun segala perubahan ketika dirimu merasa nyaman.

Yang kau hadapi sekarang ini adalah sistem yang kuncinya tidak terletak pada satu orang. Kau berhadapan dengan dunia pendidikan yang menghasilkan ilmu tentang bagaimana jadi budak yang baik. Kau kini bergulat dengan teman-temanmu sendiri yang bosan hidup berjuang tanpa uang. Kau sebal dengan parlemen yang dulu ikut kau pilih, tetapi kini tambah membuat kebijakan yang menyudutkan rakyat.

Kau perlahan-lahan jadi orang yang hanya mampu melampiaskan kemarahan tanpa mampu merubah. Kau kemudian percaya bahwa pemecahannya adalah melalui mekanisme, partisipasi, dan dukungan logistik yang mencukupi. Kau diam-diam tak lagi percaya dengan revolusi. Kau yakin perubahan bisa berjalan bila dijalankan dengan berangsur-angsur dan membuat jaringan. Gerakanmu lama-lama mirip dengan bisnis malam.

Saudaraku yang baik! Hukum perubahan sosial sejak dulu tidak berubah. Kau perlu dedikasikan hidupmu untuk kata yang hingga kini seperti mantra: lawan! Lawanlah dirimu sendiri yang mudah sekali percaya pada teori perubahan sosial yang hanya cocok untuk didiskusikan ketimbang dikerjakan. Lawanlah pikiranmu yang kini disibukkan oleh riset dan penelitian yang Sepeleh.

Kemiskinan tak usah lagi dicari penyebabnya tapi cari sistem apa yang harus bertanggung jawab. Ajak pikiranmu untuk membaca kembali apa yang dulu ku kerjakan oleh gerakan sosial diberbagai belahan dunia. Gabungkan dirimu bukan dengan LSM, tapi bersama-sama orang miskin untuk bekerja membuat sistem produksi. Tak ada yang bermartabat dari seorang anak muda, kecuali dua hal: bekerja untuk melawan penindasan dan melatih dirinya untuk selalu melawan kemapanan.


Photo:Ernesto Guevara Lynch de La Serna.

 

Marapna

Marapna merupakan sebua media independen yang dibuat untuk kepentingan masyarakat luas dalam jangkauan unformasi, terutaman seputar tanah papua. sekian dari kami, terimakasih dan Tuhan berkati.

.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama