MAKSUD DARI BUKU
PEREMPUAN BUKAN BUDAK LAKI-LAKI.
Oleh,sehend.
Pendahulian.
Sebelum saya
menulis tentang apa maksud daripada buku “perempuan bukan budak laki-laki”yang
dilaunching pada 16 juli 2022 itu.disini saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada penulis idola saya bapak pendeta Dr.Socrates Yoman.karena
telah menyadarkan kami laki-laki tentang bagaimana menghargai perempuan sebagai
manusia yang punya harga diri di muka bumi ini,sebab dalam buku tersebut telah
menggambarkan kapasitas perempuan yang serikali kami laiki-laki abaikan dan
mengajarkan kita untuk menghilangkan mitos-mitos dalam perbagai acaran yang
sering menggambarkan perempuan sebagai kaum lemah.terutama dari ajaran teologi
dan budaya yang membuat laki-laki meyakini bahwa perempuan adalah mahluk yang
lemah oleh karena itu saya sebagai seorang laki-laki atas nama seluruh kaum
pria dan secara pribadi merasa bersalah dan mohon maaf
sebesar-besarnya kepada seluruh perempuan di dunia ini
Terutama perempuan papua atas perbuatan atau kekerasan yang sering kami lakukan
secara sengaja maupun tak sengaja.
Dari pengantar buku
ini saya melihat bahwa penulis lebih menekankan kepada para teolog dan
laki-laki yang sering merendahkan perempuan berdasarkan mitos dalam kitab suci
maupun mitos turun temurun atau cara pandang lama yang tertanam pada benak kaum
pria hingga kehidupan dan kebebasan perempuan seolah-olah dirampas oleh
laki-laki dan itu benar dan masih terjadi sampai saat ini.penjelasan
tersebut lebih kepada pemahamanya sebagai seorang pendeta mengkritisisi arahan
teologi yang keliru tentang perempuan jatuh dalam dosa sehingga hal itu menjadi
kekuatan untuk melemahkan ruang gerak kaum hawa dalam menikmati
kebebasan hingga merambat pada penekanan-penekanan atau batasan
tertentu dalam organisasi maupun keluarga.
Pengantar.
seperti yang kami
ketahui bersama bahwa Perbudakan adalah suatu perbuatan atau keadaan yang
membuat seseorang menjadi budak, yang merupakan objek properti yang dimiliki
oleh orang lainnya. Perbudakan biasanya terjadi dengan orang yang
diperbudak dibuat untuk melakukan beberapa bentuk pekerjaan dan lokasi mereka
juga ditentukan oleh orang yang memilikinya. Secara historis, ketika orang
diperbudak, seringkali hal itu terjadi karena orang itu berhutang, melanggar
hukum, atau menderita kekalahan militer: Durasi perbudakan mereka bisa seumur
hidup, atau dalam jangka waktu tertentu sebelum mereka diberikan kebebasan.
Seorang individu biasanya menjadi budak di luar kehendaknya atau karena
paksaan, meskipun ada juga perbudakan sukarela yang dilakukan untuk
membayar hutang atau mendapatkan uang untuk tujuan tertentu. Dalam sejarah
manusia, perbudakan telah menjadi salah satu aspek
dari peradaban, dan pernah legal di sebagian besar masyarakat dunia,
tetapi sekarang dilarang di semua negara di dunia.namun dari buku ini
lebih kepada teologi dan letak kalimat “Budak” ini bisa jadi salah satu
pertanyaan besar namun kami akan lebih kepada maksud yang sesungguhnya.
Buku ini ditulis
untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan sebagai manusia yang setara
dengan laki-laki,karena dimana psokolgo perempuan jauh lebih buruk ketika
diperhadapkan dengan stikma teolog hingga perempuan merasa mereka adalah kaum
lemah.padahal faktanya perempuan dan laki-laki setara dimana pekerjaan yang
dikerjakan oleh laki-laki biasa dikerjakan juga perempuan,yang membedahkan
adalah permpuan bisa melhirkan,mens,dan menyusui.hanya tiga hal itu
yang berbedah dengan laki-laki namun selain dari itu kami disatukan dalam
kalimat “Manusia”, maka apapun yang ada dan diciptakan di dunia ini harus
dikerjakan secara koloektif.dimana tujuan sang pencipta menciptakan semua
mahluk di dunia dengan tujuan untuk saling menolong tetapi hal ini sering kami
salah artikan sehingga berpengaruh pada posisi perempuan terutama dalam hal
melayani Tuhan.dimana dengan adanya pandangan lama yang mengharuskan perempuan
untuk tunduk pada otoritas laki-laki menjadi penghalang utama untuk membatasi
peran perempuan dalam melayani Tuhan dengan kecerdasan yang mereka miliki.
dan kalu kami
refleksi dari sejarah sebelum abad ke 19 disana menunjukan bahwa peran
laki-laki dan perempuan sama dan setara,misalnya dalam masyarakay indian
kedudukan perempuan dan laki-laki bena- benar setara.bahkan dalam suku tersebut
perempuan juga bisa menjabat sebagai kepala suku.sama hal juga dari suku lain
misalnya dalam masyarakat jermania perempuan memiliki hak dan kewajuban yang
setara dengan laki-laki,bahkan perempuan diangkat sebagai prajurit dalam
perperangan bahkan menjadi pemimpin perang. Namun, ketika berbagai
masyarakat manusia menggeser prikehidupannya ke arah masyarakat pertanian,
seluruh struktur masyarakatpun berubah. Termasuk di antaranya hubungan antara
laki-laki dan perempuan.dimana perempuan merasa tidak mampu bekerja dan hanya
bisa jaga anak ketika suami bekerja atau menyiapkan makanan untuk suami hal ini
muncul Karena perempuan semakin tidak mampu terlibat dalam lapangan produksi,
maka iapun semakin tergeser ke pekerjaan-pekerjaan domestik (rumah tangga). Dan
ketika perempuan telah semakin terdesak ke lapangan domestik inilah patriarki
mulai menampakkan batang hidungnya di muka bumi.
konsep primitive
ini menjadi dalang dalam menghilangkan peran dan jati diri
perempuan,dalam konteks papua saya sepakat dengan pendeta Socrates
bahwa perempuan ruang gerak perempuan dikudilkan oleh struktur pemahaman
laki-laki yang menguasai doktrin teologi,mitos,stigma.legalitas pemikiran itu
dilandaskan pada Kitab suci sehingga perempuan merasa hidup dalam kebenaran
padahal teologi juga aktor penghalal perbudakan perempuan.dimana sering kami
dengar dalam khotbah-khotbah bahwa hawa adalah perempuan pertaman yang membuat
Dosa,kalimat itu sering dikatan para penghotbah di mimbar tanpa
mempertimbangkan perasaan perempuan.padahal jika kami melihat dari sisi teologi
perempuan juga yang berperan penting dalam keselamatan manusia di Dunia
ini.karena Yesus lahir lewat perantara perempuan untuk menyelamatkan manusia
dari perbudakan,penjajahan,pembunuhan dan lain sebagainya hal itu harus diakui.
Perbudakan Perempuan Papua fersi Teologi.
Dalam hal ini
menurutnya terkadang perempuan menahan kesakitan atau memaksakan senyum untuk nyatakan
bahwa Dia baik-baik saja,karena surat nikah menjdi penghalang penceraian yang
didapat dari gereja walaupun mengalami kekerasan.tidak hanya itu namun para
teolog dalam penafsiran nya juga sering melemahkan perempuan dengan kalimat
“perempuan Tulang rusuk laki-laki” penekanan seperti sering didapati oleh
mama-mama papua.dan menjadi kebiasaan dalam rumah tangga untuk para laki-laki
melakukan kehendaknya.contoh untuk konteks papua realitas
yang sering kita lihat misalnya, yang kerja keras untuk pelihara
WAM/babi itu perempuan,yang berkerja kebun juga perempuan,terus hasil dari
kebun itu yang masak juga perempuan semua itu peeempuan lakukan demi
laki-laki.dan apa yang laki-laki kasih untuk perempuan? Laki-laki ambil wam
untuk acara seenaknya tanpa runding dengan perempuan,laki-laki makan samasakan
perempuan seenaknya dan lain sebagainya.semua ini bisa terjadi karena perintah
teolog yang mengharuskan perempuan untuk diam dalam kesakitan yaitu penekanan
teolgi tadi. jadi untuk melawan tekanan seperti ini perempuan harus nyatakan
diri dan ambil keputusan untuk meraih kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kesimpulan.
perempuan dan
laki-laki adalah manusia yang mempunyak hak yang setara,buku perempuan bukan
budak laki-laki itu berhasil mengangkat martabat perempuan bahwa
perempuan juga bisa dalam arti bahwa.perempuan juga bisa berkhotbah dan
perempuan pun berhak untuk mengambil keputusan dalam hal apapun.terutama
hal-hal yang berkaitan dengan mempersempit ruang gerak perempuan, harus
dilawan.
Papua hari ini
membutuhkan orang-orang yang cedas untuk membangun bangsa papua yang lebih
maju,kecerdasan yang dimiliki perempuan belum tentu dimiliki oleh laki-laki.dan
sebaliknya juga maka,kita harus hilangkan pandangan-pandangan dalam hal apapun
yang mematikan perjuangan orang papua.karena perjuangan kita hari ini butuh
kesatuan dan kekompkan tanpa ada halangan. “perjuangan pembebasan
perempuan Papua akan tercapai jika disatukan dengan perjuangan untuk
mencapai terciptanya Pembebasan Sejati Rakyat Papua. Dan sebaliknya, perjuangan
untuk mencapai terciptanya Pembebasan rakyat Papua akan tercapai
jika perjuangan ini menempatkan Pembebasan Perempuan Papua sebagai salah satu
tujuan utamanya”.
Setiap perjuangan
di dunia ini tak bisa diraih tanpa perempuan,perempuan adalah salah satu
kekuatan terbesar yang ada.jika perempuan ada di garda terdepan dalam
perlawanan mengusir penjajah maka sekuat apapun tembok akan runtuh dengan
sendirinya(sehend). Maka perempuan harus melawan ketidakadilan yang
ada di negara ini,rakyat papua akan merasa diterima apabila bangsa papua
dipinpin oleh orang papua sendiri.
Di indonesia 29 Agustus 2022