“SA PU CINTA KO KAS TINGGAL DI BANDARA BAGIAN I”
Dibalik sudut ruang kelas para kawanan semut merah tampak bersedih seolah ikut merasakan kesedihan yang membuat gadis melanesia (Stella) itu meneteskan airmatanya. Sebulan telah berlalu semenjak kehilangan sosok sang Ibu yang merupakan benteng tersisa dalam hidupnya. Rossi (sahabatnya Stella) yang melihat hal itu, Ia pun berjalan ke arah sahabatnya lalu mengelus-elus pundaknya sambil berkata “Memang berattt skali Stell, Kalaupun sa ada diposisinya ko. Sa trakan mungkin sanggup. Bapa baru pergi setahun yang lalu dan kemudian tahun ini Mama juga pergi”.
Beberapa bulan berlalu, Stella yang awalnya terlahir dari keluarga super lengkap pun menjalani hari-harinya sendiri. Kedua kakaknya telah memiliki kehidupan masing-masing, Sedikit pensiunan dari ayahnya membantu bertahan hidup di Kota hollandia.
Hari itu sambil menikmati ceramah Wiro bersama teman-temannya di Pantai Base-G, Berto yang tampak miring mulai pandai dalam berkata-kata “ Weee om kam stop ejek sa sudah, Siooo kam tratau kenapa sa mati-matian kejar Stella. Sungguh mati kam tahu to perem yang cuek dan dingin ke laki-laki itu. Kalau ko berusaha sampai dapat Dia, Sioooo sa tra tipu de Cinta ko melebihi apapun dan de akan setia sampai mati. Sungguh mati sa brani dapat dia, Sa janji sa trakan mabuk lagi”
Hari itu di terminal bandara Sentani Jayapura, Stella memeluk berto dengan erat tanpa mengontrol udara mata yang terus berguguran. Sepasang kekasih itu menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarnya, namun mereka tidak menggubris akan hal itu. Dengan pelukan hangat dari sang kekasih, Berto berusaha meyakinkan kekasihnya bahwa semua hanyalah proses yang bersifat sementara.
• Stella : Berto sayangeee, Sa Bapa deng Mama su trada oh, Ko janji kalau ko juga trakan kas tinggal sa. Sa pu harapan yang tersisa ada di Kooo (airmata pun terus berguguran tanpa kontrol)
• Berto : Trada Ooooo.... Sa su kejar ko dari lama dan sa janji trakan pernah kas tinggal ko dalam keadan apapun. Ko ingat harus sering-sering main ke rumah ada bapa deng mama menganggap saja itu sayang pu Bapa deng Mama.
Panggilan dari petugas bandara bahwa para penumpang Batik air harus segera memasuki ruang tunggu membuat Stella harus merelakan kekasihnya pergi.
• Stella : Sayang hati-hati eee.... Sa pu doa akan selalu temani ko pu perjuangan. Sa tunggu ko kembali.
• Ibunya Berto : Hati-hati Mama pu sayang, Tuhan sertai ko pu perjuangan (sambil memberi pelukan pada anaknya)
Berto pun mengudara bersama batik air dengan cuaca yang cukup cerah, Namun kursi taksi entrop harus merelakan dirinya meneteskan tetesan air mata tak henti-hentinya menetes. Seusai tiba di Bandara Soekarno Hatta Tangerang Banten. Hujan deras pun mengguyur kota Jakarta, di dalam Bus Jakarta – Bogor berto menghubungi kekasihnya Stella.
• Berto : Cerewet
• Stella : Ya sayang, su sampe ka?
• Berto : Iyo sayang ini lagi otw Bogor dengan Bus tapi Hujan deras skali.
• Stella : Bertoooo sayangee kenapa disitu yang hujan tapi kenapa pipih ini yang basah.
• Berto : Sudah ahh tra usa menangis lagi. Ini Cuma pendidikan 8 bulan saja mo.
• Stella : Iya sudah sayang. Daaaaa.....Sa sayang ko melebihi apapun.
• Berto : Maaaa... Mamaaa
• Ibunya : Halo Mama pu sayang, Ko pu kabar bagimana?
• Berto : Pelleeeee ahh mama sa kaya mau menyerah saja.
• Ayahnya : Adoooo Lemah skali yah, Masa begitu saja su bicara menyerah.
• Berto : Bos ahh bukan begitu, Tanjung skali niiii.
• Ayahnya : Apapun keadannya ko harus tetap maju, Kasih selesai apa yang sudah ko mulai.
• Berto : Siap Boss, Bilang mama kirim sa seratus ka
• Ibunya : Tenang sayang besok mama kirim.
Hari itu di dalam ruang kuliah Stella tampak tak bersemangat, sambil menuliskan kesehariannya pada buku diary miliknya. Tiba-tiba Rossi menghampirnya dan bertanya;
• Rossi : Baaaa.... Bilang ko kenapa? Macam lemas-lemas ka?
• Stella : Sa rindu Berto skali say, Siooo pasti sekarang de lagi disiksa dibawah terik matahari ini.
• Rossi : Sudah terlalu jang pikir dia, pasti de bae-bae saja disana. Nanti sakit tong arah-arah Hamadi ka? Ada acara makan-makan disana.
• Stella : Oke sayang, Jemput sa eee
Brian : Iyo ahh ambil sudah mo...
Berto : Ah pellee pot sa su janji sama sa gada ini
Alex : Ahh sudah ko minum.
Dengan berat hati Berto harus mengingkari Janjinya pada sang kekasih dan juga kedua orang tuanya. Beberapa botol berhamburan malam itu membuat Berto pun tak mampu lagi mengontrol dirinya. Nafsunya akan alkohol yang telah lama mati seakan bangkit kembali. Pikiran yang tak lagi terkendali membuat Berto memukul lampu taman yang membuat urat nadinya hampir putus. Bagaikan anak ayam yang diiris menunjukkan darah keluar dengan kecepatan 200 Km/jam. Alex dan teman-temannya sangat panik malam itu, mereka langsung melarikan diri ke RS. SALAK-Bogor. Setelah mendapat penanganan, dokter berkata jika mereka terlambat 15 menit maka kemungkinan Berto tidak akan terselamatkan. Berto pun mengalami perawatan beberapa hari di RS. SALAK.
Beberapa hari bahkan minggu berlalu, Stella tidak menerima kabar dari kekasihnya begitu pula kedua orang tuanya berto pun tak menerima kabar dari putra mereka. Di bawah pohon tepat didepan Auditorium UNCEN Jayapura Stella berusaha menghungi handphone milik kekasihnya namun nomor yang dituju sedang tidak aktif.
• Rossi : Stell ko kenapa?
• Stella : Adooo su mau 2 minggu berto trada kabar ini.
• Rossi : Ucapkan hati-hati biasa tong yang temani mendaki tapi sampai diatas ada yang su tunggu dorang.
• Stella : KO BICARA APA!!! KO KIRA SA PACAR MACAM KAM PU LAKI-LAKI MURAHAN DORANG ITU KA!!
• Rossi : Booo sa bercanda saja ko marah skali Say
• Stella : Bercanda tapi lihat sikon juga ke.
Beberapa menit kemudian Handphone Stella berbunyi dan ternyata Ia mendapat telepon dari Ibunya Berto.
• Ibunya Berto : Hallo Sayang, Mama mau kas tahu kalau, Tadi Berto ada telpon pakai de teman hp. Katanya de baru keluar RS. trus de hp juga hilang makanya trada kabar.
• Stella : Siooo Mama Puji Tuhan, Trima kasih akhirnya sa pu hati tenang. Baru de kabar bagaimana Maa.. de baik-baik saja to.
• Ibunya Berto : Iya katanya de baik-baik saja anak.
Kepercayaan Stella pada kekasihnya membuat Ia mati rasa dan tak pernah lagi ingin mencari bahkan berulang kali Ia harus menepis berbagai tembakan asmara yang datang silih berganti. Setelah penantian panjang, coretan terakhir akan ditancapkan pada Kalender bahwa waktunya dimana Berto akan dilantik menjadi prajurit pembela bangsa. Meski es kutub utara mencair sehingga membuat komunikasi antar kekasih itu mulai dingin namun hal itu takkan mengubah semangatnya Stella.
• Ayahnya berto : Anak jadi Bapa deng Mama rencana mau pergi ikut acara pelantikan, Kalau anak mau ikut bisa Cuma Bapa tong 2 juga mulai sudah. Anak su tahu juga.
• Stella : Siooo Bapa kalau Bapa dong 2 kasih izin sa mau ikut, tadi sa su bongkar celengan biar bisa beli tiket ikut Bapa dong 2.
• Ayahnya Berto : Tapi nanti anak pu keluarga tra marah ka?
• Stella : Semenjak Bapa deng Mama meninggal Kaka dong juga su tra perhatikan sa jadi Pasti dong kasih izin Bapa. Bapa deng Mama Tapi jang kastau Berto eee kalau sa mau ikut. Sa mau kasih kejutaan buat dia soalnya semenjak de Hp hilang tong 2 su tra komunikasi jadi.
• Ayahnya Berto : Siap Anak aman itu. Wkwkwkwkwk
Hari itu pesawat Lion air pun berangkat Jakarta, Dibalik jendela perempuan menuju Biak perankan Serui itu tak kuasa menahan rasa ingin jumpa yang semakin menggebu-gebu. Dengan ekspektasi yang tinggi mencapai penerbangan Lion air 35000 di atas permukaan laut. Stella sambil tersenyum menatap kedua calon mertua yang dianggapnya sebagai orang tua kandungnya sendiri itu menikmati tidur yang sangat pulas. Berselang beberapa jam Sang pilot pun bertanya bahwa pesawat akan segera mendarat di Bandar udara Soekarno-Hatta Tangerang Banten.
Hari itu Gaung bermotif burung Cendrawasih membuat stella tampak bercahaya, Paras yang sangat cantik membuat Gadis Biak berdarah Serui itu menjadi pusat perhatian beberapa lelaki mata keranjang bahkan beberapa dari teman-teman berto pun sempat menatap Stella dengan mengirimkan yang berbeda. Sambil berjalan sambil mencari keberadaan dimana Sang Pangerannya berada. Dari permulaan Akhirnya Stella melihat Sosok lelaki kesayangannya berdiri dengan gagah perkasa meski pipinya tampak tirus tak seperti biasanya.
Stella pun berlari dengan kencang menuju kekasihnya, Namun hampir tiba Stella pun berhenti dengan tiba-tiba. Stella harus menyaksikan Seorang wanita berambut panjang kulit putih telah mendarat dipelukan Berto. Kedua orang Tuanya berto pun tampak Kaget melihat peristiwa itu. Berto dengan wajah tersenyum sambil merangkul suster (Dwi) yang Ia temui saat dirawat di RS. SALAK itu. Awalnya Berto tidak menyadarinya namun ketika Ia berbalik dengan sangat terkejut Ia melihat Stella yang berada tepat didepannya dan Kedua orang tuanya yang sedang jalan per lahan menuju mereka berdua.
• Ibunya Berto : Sayaanggggg Mama minta maaafff eeee (sambil menangis) Mama minta maaf.
• Stella : Hanya memutar dan mengeluarkan airmata sambil berjalan keluar dari lapangan tempat pelantikan.
• Ibunya Berto : Mama tra sangka Berto akan seperti itu
• Stella : Tidakpapa Maaa.... Mama kembali ke Bapa deng Berto
• Ibunya Berto : Tidak Sayang, Mama pergi Ikut Ko.
• Stella : Maaaa sa bukan siapa-siapa disini Mama kembali ke Berto dengan Bapa. Mama deng Bapa tra usa pikir saya, Sa kuat Maaa. Sa sudah diajarakan kuat oleh Tuhan Yesus saat Tuhan Bawa pulang sa Bapa deng Mama. Jadi Sa pasti kuat Mama, Mama kembali rayakan Berto pu pencapaian perjuangan selama ini.
Berto tak berdaya entah apa yang Ia pikirkan saat itu, Ia tampak seperti ikan yang terkena potasium. Ayahnya hanya membalas membisu, ekspektasi mereka berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi. Sepanjang jalan puncak Bogor menuju Ciawi Stella terus tanpa henti. Pengemudi motor diatas ambil berusaha menenangkannya. Namun meletusnya gunung Cyclop tak mungkin bisa diatasi.
Berto hancur, Ia berusaha menahan lengan milik Stella namun apa boleh buat nasi telah menjadi bubur, Batin tersiksa bagaikan malaria tulang yang menyiksa. Di penerbangan malam itu langit Jakarta tampak tak berbintang, Gadis melanesia itu bercerita melalui buku diarynya. Sembari menulis dan mengucapkan berkali-kali tanpa kontrol kalimat yang disampaikan sahabatnya. Hal itu membuat penumpang disebelahnya menggeleng-geleng kepalanya.