“SA
PU CINTA KO KAS TINGGAL DI BANDARA BAGIAN I”
Oleh
: Rumbewas Free'von.
Dibalik
ruang kelas SMA Negeri 01 Jayapura, para siswa/i berlari keluar ruangan kelas
dengan penuh ceria ketika bel sekolah dibunyikan menandakan bahwa jam istirahat
telah tiba. Masa SMA terbilang cukup indah bagi anak remaja pada umumnya.
Dibalik
sudut ruang kelas para kawanan semut merah tampak bersedih seolah ikut
merasakan kesedihan yang membuat gadis melanesia (Stella) itu meneteskan
airmatanya. Sebulan telah berlalu semenjak kehilangan sosok sang Ibu yang
merupakan benteng tersisa dalam hidupnya. Rossi (sahabatnya Stella) yang
melihat hal itu, Ia pun berjalan ke arah sahabatnya lalu mengelus-elus
pundaknya sambil berkata “Memang berattt skali Stell, Kalaupun sa ada
diposisinya ko. Sa trakan mungkin sanggup. Bapa baru pergi setahun
yang lalu dan kemudian tahun ini Mama juga pergi”.
Stella
mengusap airmatanya, dengan keadan tertunduk Ia berusaha menguatkan dirinya
“Trapapa kawan, Ya begitu sudah jalan hidup (sambil tersenyum)”. Ayo tong
pergi ke kantin, sa yang menarik kata Rossi pada Stella. Ah sa tra lapar
wan, Sa temani ko makan sudah (kata stella membalas ajakan rossi). Mereka
berduapun melangkah menuju kantin sekolah.
Beberapa
bulan berlalu, Stella yang awalnya terlahir dari keluarga super lengkap pun
menjalani hari-harinya sendiri. Kedua kakaknya telah memiliki kehidupan
masing-masing, Sedikit pensiunan dari ayahnya membantu bertahan hidup di Kota
hollandia.
Ulangan
semester telah usai dan liburan pun tiba. Sambil berjalan menuju pintu
gerbang SMA Negeri 01 Jayapura, Berto berjalan mendekati Stella sambil berusaha
merayunya agar Ia mau menjadi pacarnya. Lalu apa yang ada dipikirannya Ia
langsung menyiram Berto dengan sisa minuman Pop ice yang sedang Ia pegang “Ko
STOP GANGGU SA SUDAH, SA SU BILANG SA TRA MAU”. Berto yang tidak punya
rasa malu pun berkata “Sa trakan berhenti kejar ko”
Hari itu
sambil menikmati ceramah Wiro bersama teman-temannya di Pantai Base-G, Berto
yang tampak miring mulai pandai dalam berkata-kata “ Weee om kam stop ejek sa
sudah, Siooo kam tratau kenapa sa mati-matian kejar Stella. Sungguh mati
kam tahu to perem yang cuek dan dingin ke laki-laki itu. Kalau ko berusaha
sampai dapat Dia, Sioooo sa tra tipu de Cinta ko melebihi apapun dan de akan
setia sampai mati. Sungguh mati sa brani dapat dia, Sa janji sa trakan
mabuk lagi”
Aktivitas
belajar mengajarpun telah berjalan kembali seperti biasanya, Berbagai bisikan
tentang Berto pun mulai terdengar sampai ke telinga Stella hal itu membuatnya
mulai jatuh hati secara perlahan. Hari itu dibelakang ruangan kelas XI IPA
1 Berto yang tampaknya tidak tahu malu pun berjalan mendekati Stella dengan
maksud dan tujuan yang sama. Perjuangan panjang akhirnya berbuah
manis. Disaksikan para semut merah hitam Jalinan cinta antara Lelaki
berdarah Sarmi dan Gadis Biak berdarah Serui itu pun dimulai.
Meskipun
Berto sebagai anak yang sangat mencintai botolnya, namun kehadiran Stella
membuatnya berubah 360 derajat. Stella pun yakin bahwa Ia akan mengubah
lelaki itu menjadi pribadi yang lebih baik. Hal-hal itu membuat kedua
orang tua Berto sangat bersyukur akan kehadiran Stella pada hidup putra semata
wayang mereka. Setelah kelulusan Stella menemani Berto mengurus semua
persyaratan tesnya. Ia rela mengeluarkan sedikit dari tabungannya demi
membantu pengurusan berkas-berkas Berto yang sedang berjuang meraih mimpinya
menjadi seorang Prajurit militer, Sedangkan Stella memutuskan untuk mengambil
Sastra Indonesia di Universitas cendrawasih.
Stella yang
telah lama hidup sendirian pun mulai menemukan kecerian bersama kekasihnya, Ia
selalu rela berkorban apapun demi hubungan mereka kedepannya. Harapan baru
itu mulai dipupuk terus menerus setiap harinya.
Hari itu di
terminal bandara Sentani Jayapura, Stella memeluk berto dengan erat tanpa
mengontrol udara mata yang terus berguguran. Sepasang kekasih itu menjadi
pusat perhatian orang-orang disekitarnya, namun mereka tidak menggubris akan
hal itu. Dengan pelukan hangat dari sang kekasih, Berto berusaha
meyakinkan kekasihnya bahwa semua hanyalah proses yang bersifat sementara.
•
Berto : Sayang sudah bisa menangis, Ini hanya sementara. Sa pergi
pendidikan semua demi tong 2 pu masa depan Booooo......
• Stella :
Berto sayangeee, Sa Bapa deng Mama su trada oh, Ko janji kalau ko juga trakan
kas tinggal sa. Sa pu harapan yang tersisa ada di Kooo (airmata pun terus
berguguran tanpa kontrol)
• Berto :
Trada Ooooo.... Sa su kejar ko dari lama dan sa janji trakan pernah kas tinggal
ko dalam keadan apapun. Ko ingat harus sering-sering main ke rumah ada
bapa deng mama menganggap saja itu sayang pu Bapa deng Mama.
Panggilan
dari petugas bandara bahwa para penumpang Batik air harus segera memasuki ruang
tunggu membuat Stella harus merelakan kekasihnya pergi.
• Stella :
Sayang hati-hati eee.... Sa pu doa akan selalu temani ko pu perjuangan. Sa
tunggu ko kembali.
•
Berto : Siap cerewet, Jaga diri baik-baik eee..... Mama Bapa sa jalan dulu.
• Ibunya
Berto : Hati-hati Mama pu sayang, Tuhan sertai ko pu perjuangan (sambil memberi
pelukan pada anaknya)
Berto pun
mengudara bersama batik air dengan cuaca yang cukup cerah, Namun kursi taksi
entrop harus merelakan dirinya meneteskan tetesan air mata tak henti-hentinya
menetes. Seusai tiba di Bandara Soekarno Hatta Tangerang
Banten. Hujan deras pun mengguyur kota Jakarta, di dalam Bus Jakarta –
Bogor berto menghubungi kekasihnya Stella.
• Berto :
Cerewet
• Stella :
Ya sayang, su sampe ka?
• Berto :
Iyo sayang ini lagi otw Bogor dengan Bus tapi Hujan deras skali.
• Stella :
Bertoooo sayangee kenapa disitu yang hujan tapi kenapa pipih ini yang basah.
• Berto :
Sudah ahh tra usa menangis lagi. Ini Cuma pendidikan 8 bulan saja mo.
• Stella :
Iya sudah sayang. Daaaaa.....Sa sayang ko melebihi apapun.
Mengikuti
pendidikan militer bukan hal yang mudah bagi lelaki berdarah Sarmi itu, Hari
demi hari berto harus terus berlatih dan memaksakan dirinya agar terbiasa
dengan keadan yang sedang di hadapi. Terkadang ia harus mendapat hukuman
keras akibat kesalahan yang sering Ia lakukan. Ketika malam hari telah
tiba Berto terus berpikir apakah Ia akan sanggup menjalani proses hingga usai
atau tidak. Namun pikiran pesimis itu selalu dipatahkan oleh wajah Sang
Ibu dan kekasih Stella.
Hari
terus berganti, Ketika waktu dimana mereka diizinkan memegang Handphone (HP)
Berto selalu memanfaatkan kesempatan itu menelepon Ibu dan juga Stella kekasih
hatinya.
• Berto :
Maaaa... Mamaaa
• Ibunya :
Halo Mama pu sayang, Ko pu kabar bagimana?
• Berto :
Pelleeeee ahh mama sa kaya mau menyerah saja.
• Ayahnya :
Adoooo Lemah skali yah, Masa begitu saja su bicara menyerah.
• Berto :
Bos ahh bukan begitu, Tanjung skali niiii.
• Ayahnya :
Apapun keadannya ko harus tetap maju, Kasih selesai apa yang sudah ko mulai.
• Berto :
Siap Boss, Bilang mama kirim sa seratus ka
• Ibunya :
Tenang sayang besok mama kirim.
Hari itu di
dalam ruang kuliah Stella tampak tak bersemangat, sambil menuliskan
kesehariannya pada buku diary miliknya. Tiba-tiba Rossi menghampirnya dan
bertanya;
• Rossi :
Baaaa.... Bilang ko kenapa? Macam lemas-lemas ka?
• Stella :
Sa rindu Berto skali say, Siooo pasti sekarang de lagi disiksa dibawah terik
matahari ini.
• Rossi :
Sudah terlalu jang pikir dia, pasti de bae-bae saja disana. Nanti sakit
tong arah-arah Hamadi ka? Ada acara makan-makan disana.
• Stella :
Oke sayang, Jemput sa eee
Beberapa
bulan terlewati Berto yang mulai terbiasa membuatnya mulai mengontrol dirinya
bahwa 3 bulan lagi dia akan menyelesaikan pendidikannya. Seperti biasa Ia
menghabiskan waktu luangnya bercanda gurau mengobati kerinduan yang kian
membekukan bagaikan es batu karena dinginnya ruang waktu. Stella
menceritakan kesehariannya pada berto dan perlahan suaranya mulai bergetar dan
mengecil, Berto pun sadar dan berkata “Sayang laut itu hanya memisahkan pulau
bukan jiwa” Sabar sedikit lagi eee.... “ Ia sayang, Baik-baik disana eee sa
akan selalu tunggu Ko kata Stella pada kekasihnya itu”
Waktu
libur akhir pekan telah tiba, Berto bersama beberapa temannya pergi
keluar. Mereka bergerak menuju stasiun Bogor sambil duduk di stasiun Taman
Alex teman Berto pergi membawa 4 botol Vodka islandia dan kemudian menuangkan
pada gelas air vit dan Ia menyodorkan kepada teman-teman satu per satu termasuk
Berto. Lalu dengan spontan Berto langsung menolaknya.
Alex
: Baaaa Pot 1 botol saja masa ko tolak itu, tra setia kawan skali
Pot. Tong lepas tanjung saja ini.
Brian : Iyo
ahh ambil sudah mo...
Berto : Ah
pellee pot sa su janji sama sa gada ini
Alex : Ahh
sudah ko minum.
Dengan
berat hati Berto harus mengingkari Janjinya pada sang kekasih dan juga kedua
orang tuanya. Beberapa botol berhamburan malam itu membuat Berto pun tak
mampu lagi mengontrol dirinya. Nafsunya akan alkohol yang telah lama mati
seakan bangkit kembali. Pikiran yang tak lagi terkendali membuat Berto
memukul lampu taman yang membuat urat nadinya hampir putus. Bagaikan anak
ayam yang diiris menunjukkan darah keluar dengan kecepatan 200
Km/jam. Alex dan teman-temannya sangat panik malam itu, mereka langsung melarikan
diri ke RS. SALAK-Bogor. Setelah mendapat penanganan, dokter berkata
jika mereka terlambat 15 menit maka kemungkinan Berto tidak akan
terselamatkan. Berto pun mengalami perawatan beberapa hari di
RS. SALAK.
Awal
cerita baru pun dimulai di RS.SALAK, Komunikasi yang terputus antara Berto dan
Stella membuat Berto tampak kesepian. Pelayanan yang super istimewa dengan
jemari yang lembut dari Dwi gadis sunda blasteran betawi membuat hati kecil
berto mulai goyah. Bagaikan Tiang lampu mercusuar yang sedang hantam badai
asmara.
Beberapa
hari bahkan minggu berlalu, Stella tidak menerima kabar dari kekasihnya begitu
pula kedua orang tuanya berto pun tak menerima kabar dari putra mereka. Di
bawah pohon tepat didepan Auditorium UNCEN Jayapura Stella berusaha menghungi
handphone milik kekasihnya namun nomor yang dituju sedang tidak aktif.
Ia
kembali mengeluarkan buku diary dan menulis “ Bertoo sa rindu ko skali, Ko apa
kabar? Ko tra rindu sa ka?” Saat itu ia dikejutkan dengan kehadiran
Rossi.
• Rossi :
Stell ko kenapa?
• Stella :
Adooo su mau 2 minggu berto trada kabar ini.
• Rossi :
Ucapkan hati-hati biasa tong yang temani mendaki tapi sampai diatas ada yang su
tunggu dorang.
• Stella :
KO BICARA APA!!! KO KIRA SA PACAR MACAM KAM PU LAKI-LAKI MURAHAN DORANG
ITU KA!!
• Rossi :
Booo sa bercanda saja ko marah skali Say
• Stella :
Bercanda tapi lihat sikon juga ke.
Beberapa
menit kemudian Handphone Stella berbunyi dan ternyata Ia mendapat telepon dari
Ibunya Berto.
• Ibunya
Berto : Hallo Sayang, Mama mau kas tahu kalau, Tadi Berto ada telpon pakai de
teman hp. Katanya de baru keluar RS. trus de hp juga hilang makanya
trada kabar.
• Stella :
Siooo Mama Puji Tuhan, Trima kasih akhirnya sa pu hati tenang. Baru de
kabar bagaimana Maa.. de baik-baik saja to.
• Ibunya
Berto : Iya katanya de baik-baik saja anak.
Kepercayaan
Stella pada kekasihnya membuat Ia mati rasa dan tak pernah lagi ingin mencari
bahkan berulang kali Ia harus menepis berbagai tembakan asmara yang datang
silih berganti. Setelah penantian panjang, coretan terakhir akan
ditancapkan pada Kalender bahwa waktunya dimana Berto akan dilantik menjadi
prajurit pembela bangsa. Meski es kutub utara mencair sehingga membuat
komunikasi antar kekasih itu mulai dingin namun hal itu takkan mengubah
semangatnya Stella.
Hari
itu seusai pulang dari Kampus Stella memasuki kolong tempat tidur dan mengambil
celengan miliknya. Dengan pasrah Ia harus memecahkan celengan yang telah
Ia jaga seperti menjaga Cintanya dengan Berto. Setelah menghitung lembar
per lembar rupiah, Stella melangkah menaiki angkot menuju
Kotaraja. Setelah sampai di rumah Berto. Ia berdiskusi dengan kedua
mertua calonnya terkait pelantikan Berto di Bogor.
• Ayahnya
berto : Anak jadi Bapa deng Mama rencana mau pergi ikut acara pelantikan, Kalau
anak mau ikut bisa Cuma Bapa tong 2 juga mulai sudah. Anak su tahu juga.
• Stella :
Siooo Bapa kalau Bapa dong 2 kasih izin sa mau ikut, tadi sa su bongkar
celengan biar bisa beli tiket ikut Bapa dong 2.
• Ayahnya
Berto : Tapi nanti anak pu keluarga tra marah ka?
• Stella :
Semenjak Bapa deng Mama meninggal Kaka dong juga su tra perhatikan sa jadi
Pasti dong kasih izin Bapa. Bapa deng Mama Tapi jang kastau Berto eee
kalau sa mau ikut. Sa mau kasih kejutaan buat dia soalnya semenjak de Hp
hilang tong 2 su tra komunikasi jadi.
• Ayahnya
Berto : Siap Anak aman itu. Wkwkwkwkwk
Hari itu
pesawat Lion air pun berangkat Jakarta, Dibalik jendela perempuan menuju Biak
perankan Serui itu tak kuasa menahan rasa ingin jumpa yang semakin
menggebu-gebu. Dengan ekspektasi yang tinggi mencapai penerbangan Lion air
35000 di atas permukaan laut. Stella sambil tersenyum menatap kedua calon
mertua yang dianggapnya sebagai orang tua kandungnya sendiri itu menikmati
tidur yang sangat pulas. Berselang beberapa jam Sang pilot pun bertanya
bahwa pesawat akan segera mendarat di Bandar udara Soekarno-Hatta Tangerang
Banten.
Pagi
itu pukul 05.00 WIB tepat 20 Oktober 2022 dinginnya kota Bogor tak membuat
Gadis Manis dari Biak itu mengalah, Ia melawan dinginnya udara di Puncak
Bogor. Baginya Air di Bogor tak sehebat bagaimana menahan rasa rindu
memeluk Berto yang tertumpuk hampir 8 bulan. Setelah mereka berangkat
menuju tempat dimana Berto akan di lantik.
Hari itu
Gaung bermotif burung Cendrawasih membuat stella tampak bercahaya, Paras yang
sangat cantik membuat Gadis Biak berdarah Serui itu menjadi pusat perhatian
beberapa lelaki mata keranjang bahkan beberapa dari teman-teman berto pun
sempat menatap Stella dengan mengirimkan yang berbeda. Sambil berjalan
sambil mencari keberadaan dimana Sang Pangerannya berada. Dari permulaan
Akhirnya Stella melihat Sosok lelaki kesayangannya berdiri dengan gagah perkasa
meski pipinya tampak tirus tak seperti biasanya.
Stella pun
berlari dengan kencang menuju kekasihnya, Namun hampir tiba Stella pun berhenti
dengan tiba-tiba. Stella harus menyaksikan Seorang wanita berambut panjang
kulit putih telah mendarat dipelukan Berto. Kedua orang Tuanya berto pun
tampak Kaget melihat peristiwa itu. Berto dengan wajah tersenyum sambil
merangkul suster (Dwi) yang Ia temui saat dirawat di RS. SALAK
itu. Awalnya Berto tidak menyadarinya namun ketika Ia berbalik dengan
sangat terkejut Ia melihat Stella yang berada tepat didepannya dan Kedua orang
tuanya yang sedang jalan per lahan menuju mereka berdua.
Stella
yang tampak syok sehingga tak bisa mengeluarkan keluar kata pun, Dengan
berlinang air mata yang turun tanpa kontrol Ia memutar memutar
badannya. Sembari memegang sebucket mawar putih yang Ia
siapkan. Berto pun tak mampu melakukan apa-apa mengingat gadis sunda itu
memegang erat tangannya. Ibunya Berto pun berjalan mengejar Stella.
• Ibunya
Berto : Sayaanggggg Mama minta maaafff eeee (sambil menangis) Mama minta maaf.
• Stella :
Hanya memutar dan mengeluarkan airmata sambil berjalan keluar dari lapangan
tempat pelantikan.
• Ibunya
Berto : Mama tra sangka Berto akan seperti itu
• Stella :
Tidakpapa Maaa.... Mama kembali ke Bapa deng Berto
• Ibunya
Berto : Tidak Sayang, Mama pergi Ikut Ko.
• Stella :
Maaaa sa bukan siapa-siapa disini Mama kembali ke Berto dengan Bapa. Mama
deng Bapa tra usa pikir saya, Sa kuat Maaa. Sa sudah diajarakan kuat oleh
Tuhan Yesus saat Tuhan Bawa pulang sa Bapa deng Mama. Jadi Sa pasti kuat
Mama, Mama kembali rayakan Berto pu pencapaian perjuangan selama ini.
Berto tak
berdaya entah apa yang Ia pikirkan saat itu, Ia tampak seperti ikan yang
terkena potasium. Ayahnya hanya membalas membisu, ekspektasi mereka
berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi. Sepanjang jalan puncak
Bogor menuju Ciawi Stella terus tanpa henti. Pengemudi motor diatas ambil
berusaha menenangkannya. Namun meletusnya gunung Cyclop tak mungkin bisa
diatasi.
Perut
yang tak terisi sejak siang Namun gadis itu tak merasa lapar sedikit
pun. Malam itu sambil membawa ransel miliknya. Ia berjalan memasuki
Terminal Bandara Soekarno-Hatta. Berto bersama kedua orang tuanya terus
berusaha mengikutinya hanya untuk memastikan bahwa Stella baik-baik
saja. Setelah hampir tiba didepan pintu masuk Stella kembali memeluk Ayah
dan Ibu Berto. Dan berkata “ Terima Kasih Mama deng Bapa, Sa pamit pulang,
Sa syowi (hormat) Bapa dengan Mama “ Kemudian Ia menatap Berto dan berkata “ sa
trapapa, Sa minta su taruh harapan terlalu tinggi, Sa minta maaf sa hanya
sesali. Sa kira ko bawa sa pu cinta tapi TERNYATA SA PU CINTA KO KAS
TINGGAL DI BANDARA SENTANI” Terima Kasih untuk Cinta yang Luar Biasa. Ko
jaga dia eeee....... Sa pamittt pulang. Selamat berbahagia.
Berto
hancur, Ia berusaha menahan lengan milik Stella namun apa boleh buat nasi telah
menjadi bubur, Batin tersiksa bagaikan malaria tulang yang menyiksa. Di
penerbangan malam itu langit Jakarta tampak tak berbintang, Gadis melanesia itu
bercerita melalui buku diarynya. Sembari menulis dan mengucapkan
berkali-kali tanpa kontrol kalimat yang disampaikan sahabatnya. Hal itu
membuat penumpang disebelahnya menggeleng-geleng kepalanya.
Setibanya
di Sentani, Stella berjalan keluar terminal Namun perut yang tak terisi sejak
kemarin membuatnya terjatuh. Awan gelap kembali menutupi kehidupannya,
Stella sangat frustasi membuatnya tak lagi melanjutkan kuliahnya, Kehidupannya
semakin hari semakin terpuruk. Keluarga yang tak lagi peduli padanya, dan
satu-satunya Tiang harapan yang Ia pupuk pun direngut oleh suster
RS. SALAK membuatnya harus berakhir di Rumah Sakit Jiwa. Setiap kali
Ia bertemu perawat, Dia selalu berkata “Tong yang temani mendaki tapi sampe
diatas ada yang su tunggu dorang”.
Terima
Kasih sudah membaca, Mohon maaf jika ada kesamaan nama dan juga kisah
hidup. Semoga Bermanfaat, Tuhan Yesus Memberkati.