Akulah bunga
liar yang tumbuh subur di antara semak belukar, menolak dijinakkan dan diatur
oleh sistem yang memaksa. Akulah bunga terakhir yang tersisa, menghela nafas
kehidupan leluhur yang mengalir dalam urat-uratku.
Seperti angin yang
berbisik di antara pepohonan, aku membisikkan rahasia alam kepada siapa yang
bersedia mendengar. Kata-kataku adalah sejuta rasa dan cerita. Dalam kerumunan
pikiran yang terikat kapitalisme dan kolonialisme yang rakus, aku adalah suara
yang menggema.
Akulah bunga liar
yang tumbuh di antara reruntuhan, bertahan dan berkembang di dalam cengkeraman
penindasan. Tumbuh tanpa tata aturan orang lain, dan menemukan kekuatan dalam
keunikan diri sendiri.
Akulah bunga liar
yang tumbuh tanpa pamrih di hamparan hijau, memberi kehidupan, keseimbangan,
dan keindahan secara cuma-cuma.
Akulah bunga liar,
simbol kebebasan di rimba,
yang mengajarimu
keadilan dan kebijaksanaan, agar kapitalisme tak menghisap nafas alam yang
murni, dan kolonialisme tak merampas budaya yang bernyawa
Akulah bunga liar
yang terus bersemi, tak terbelenggu oleh tanah yang dijual beli. Dalam
kepolosanku, aku bertahan kuat, menghindari godaan dunia yang rakus dan
terbuai.
Akulah bunga sisa.
Jangan biarkan kerakusan kapitalisme merusak keindahanku, dan jangan biarkan
kolonialisme mengambil alih identitasku.
Victor Yeimo.