HAPUSKAN SENIORITAS BAGI
MAHASISWA PAPUA.
Oleh, Sehend Sama.
Pengantar.
Berbicara mengenai senioritas
maka, kita akan berfikir kalau seorang senior adalah mereka yang pandai dalam
segala hal. Atau kami pandang sebagai
keadaan yang lebih tinggi dalam hal pangkat, usia dan pengalaman dan
seorang yang telah cukup lama bekerja di organisasi maupun perusahaan biasanya akan mempunyai
kemampuan yang lebih dan memiliki pengalaman yang lebih
banyak. Biasanya hal ini berlaku dimana saja terutama di lingkungan kampus dan
paguyuban yang berada di kota-kota setempat.
Disini penulis akan mengulas
fakta tentang buruknya sistem senioritas di kalangan mahasiswa papua yang sring
mengakibatkan generasi muda papua terjebak dalam sistem fanatisme senior.
Dimana dalam pendidikan seharusnya setiap orang mempunya kebebasan berpendapat
dan setiap orang berhak beragumen tentang apapun. Namun kadangkalah hal ini
membuat siswa/I cangkung dan cenderung menyendiri dan sungkan terhadap realitas
yang dihadapinya.
Kemudian secara tidak lansung hal
tersebut membungkam dan menghambat ruang gerak generasi muda papua untuk
bersaing dengan perkembangan zaman dan tak punya kebebasan alias terkurung
dalam penjara sistem senioritas. Maka sistem ini pula melahirkan manusia apatis
yang tak bisa membagikan ilmu dengan sembarang. Karena bagi mereka apa, yang
mereka dapatkan adalah sesuatau yang tak bisa dibagi secara Cuma-Cuma kepada
generasi muda, kecuali ketika menghormatinya sebagai senior. Kemudian sifat
apatisme mewariskan kepada generasi ke generasi untuk terus mengulang bahwa
senior lebih tau tentang segalanya.
Hapuskan senioritas.
Mungkin sebagian besar dari kita
ketika membaca judul ini, sangat bertentangan dan sensitif karena di setiap
kota studi pasti ada namanya senioritas. Tetapi kita perlu garis bawahi bahwa
di sini kita berbicara mengenai kebebasan seseorang dalam hal belajar,karena
pada dasarnya setiap orang punya hak dan kebebasan yang mutlak untuk melakukan
apapun dalam hal pendidikan. Karena pendidikan pendidikan merupakan
senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia. Melalui pendidikan,
seseorang akan menjadi manusia yang seutuhnya, sehingga memiliki kecenderungan
untuk memanusiakan manusia lainnya. (Nelson Mandela) Sedangkan dari tokoh Barat
ada Paulo Freire (1921-1997) yang mempunyai konsep pendidikan yang membebaskan,
artinya tujuan dari pendidikan menurut Freire adalah menjadikan manusia
yang bisa
berkehendak dan bisa mengontrol kehendak tanpa adanya paksaan.
Dalam konteks ini sistem
senioritas sering merendahkan pendapat orang lain terutama generasi muda papua yang
berapi-api untuk mau belajar sesuatu yang baru. Misalnya dalam hal organisasi
yang sering kita jumpai bahwa, junior harus tunduk terhadap senior dan turuti
apapun perintah senior seolah-olah senior selalu benar tentang segala hal
istilahnya kembali ke pasal 1 senior selalu benar lalu peserta didik yang
seharusnya kita didik dengan kasih mala sebaliknya kami jadikan mereka babu.
Suruh ke sini-sana seperi binatang melarat tanpa mempertimbangkan pengaruh
psikologinya. Kemudian dalam hal penerimaan mahasiswa baru juga sering kita
jumpai hal yang serupa dimana, senior menjadi algojo lalu membunuh karakter
peserta didik yang seharusnya dirawat.
Karena budaya pengaderan yang
menekankan fisik dan dan mental itu bukan budaya mahasiswa, melainkan budaya
militerisme yang mengurungi dan mematikan daya tangkap generasi muda papua. Sehingga
bagaimana kita berharap untuk generasi muda papua ini merubah suatu bangsa
sedangkan cara kita mendidik tak jauh bedah dengan penjajah. Hal ini harus diperhatikan
oleh seluruh para senioritas yang so jago lalu menindas generasi dengan slogan
senior selalu benar. Kemudian batasan-batasan serupa juga terjadi ketika
melakukan diskusi di kalangan paguyuban papua. Dimana siskusi itu untuk orang
berpendapat lalu melahirkan ide-ide cemerlang untuk merubah sesuatu, namum
dengan adanya “senior selalu benar” ini membuat generasi merasa tidak ada arti jika ia menyampaikan
pendapat. Karena tidak penting bagi
senior yang mendengarnya walaupun apa yang ia sampaikan benar.
Kemdian hal ini juga sangat
disayangkan untuk para perempuan yang belajar di situ, karena pada dasarnya
perempuan akan selalu menggunakan perasaan untuk mengambil keputusan, namun
jika penerapan sistem dalam komunitas meninggikan derajat senior jauh melebihi
standar pengetahuanya maka hal ini pula yang selalu mengorbankan para perempuan
papua yang ingin belajar. Dan stuck di sistem senioritas yang tidak penting
ini, dan terjebak dalam sistem para buaya darat yang meninggikan derajatnya itu
sehingga apa yang mereka harapkan terbengkalai lalu pulang dengan mengendong
bayi. Hal ini sering terjadi dan akan terus terjdi ketika kita masih memelihara
sistem senior selalu benar.
Sehingga sistem ini pula melahirkan generasi ikan mati yang ikut arus
alias manusia ikut-ikutan yang tak punya pendirian, ketika disuruh ini dan itu
iya, dan tak pernah ada pilihan untuk
mengatakan tidak! Jika seperti ini kita tak pantas untuk mempejuangkan kebebasan bangsa yang besar untuk merdeka,
karena dalam internal kita saja masih sering menjajah ruang kebebasan. Apa
bedahnya, semut diseberang lautan nampak namun, tak mampu melihat gajah di
pelupuk mata.
Dampak positif dan negatif
sistem senoritas.
Senior adalah “PENGARUH” maka
sebagai senior seharusnya apa yang bisa kita wariskan kepada generasi papua
untuk mengikuti jejak. Disini ada banyak kejadian fatal yang terjadi ketika
generasi papua masuk dalam dunia pendidikan /kuliah. Hal-hal tersebut
seharusnya tak perlu mewariskan apalagi mendoktrin. Disini saya awli dengan
sebuah cerita, ada satu siswa yang polos dan tidak tahu-menahu tentang salah
satu kota di indonesia, siswa ini ia datang dengan tujuan menimbah ilmu.
Seiring berjalanya waktu, ia mendaftar di salah satu universitas di kota
tersebut. Singkat cerita ia bertemu dengan dua senior yang pembawaanya berbeda.
Kemudian hari berikutnya siswa itu bertemu dengan Senior yang petama. Dan
senior ini membagikan pengalaman, dan memberitahu tentang hal baik dan buruk di
kota itu, lalu mengarahkanya untu ibadah, baca buku, artikel, dan memberikan
nasihat-nasihat untuk berjaga-jaga.
Kemdian hari berikutnya siswa
ini bertemu dengan senior yang ke-2, senior ini juga membagikan pengalam dan
menjelaskan tentang kondisi kota dan lain sebagainya. Tetapi senior ini
berlatar belakang dengan (DO) Drop out di kampusnya, keseharian senior yang
ke-2 ini ia selalu bercerita tentang tentang kesenagan dan hal-hal intan.
Sehingga siswa ini lebih tertarik dengan senior yang ke-2 tersebut, lalu tiap
hari ikut ramai dengan kebiasaan yang dilakukan senior ini. singkat cerita tiga
bulan berlalu semua proses pembelajaran lancar, namu memasuki bulan yang ke-4 siswa
ini cenderung menyendiri dan tak mau bergaul seperi ia baru datang ke komunitas
di kota itu. Kemudian 1 bulan berlalu ada berita bahwa siswa ini cuty kuliah
dan pulang ke paapua karena uanya habis dan tidak ada uang untuk bayar
semester. Setelah itu berapa tahun kemudian siswa itu kabarnya sudah menikah
dan tidak ada niat lagi untuk kuliah.
Cerita diatas adalah berdasarkan
realitas yang sering terjadi di jawa maupun di papua untuk generasi muda papua.
Bagaimana sistem senior menjadi monster yang mempengaruhi dan mengambialih
kehidupan generasi papua sehingga hal ini mengahambat pertumbuhan peserta didik
dalam menghadapi pendidikan dan cita-cita mereka. Dampak positif yang bisa kita
dapatkan di sistem senioritas adalah, dengan adanya penekanan untuk selalu
tekun dalam hal-hal positif misalnya dalam hal belajar membuat siswa/I disiplin
dan menjadikan pelajaran yang mereka dapatkan dari senior-seniornya sebagai
senjata. Tetapi di lain sisi dampak negatifnya sistem senioritas ini cenderung
pelit ilmu dan tak muda membagikan pengalaman secara Cuma-Cuma kepapada
generasi muda papua.
Sehingga hal ini melahirkan
manusia yang selalu ingin di puji, apatis, gila hormat,egois, lalu berharap
bangun papua. Pada kenyataanya semua materi yang telah dipelajari hanya halusinasi
belaka yang tak ada artinya, yang akan mati ketika zamanya berlalu alias
tinggal nama tanpa jejak. Jika seperti ini, maka pendidikan di papua akan
selalu tumpul diatas tafsiran. “jangan menyesal karena kita gagal mendidik
rakyat” oleh karena itu kita harus
membangun pondasi yang kuat dengan cara yang benar.
Dampak Senioritas dalam
perjuangan papua.
Dalam konteks gerakan papua
merdeka sistem senioritas itu ibarat sampah yang tak pelu dipungkut. Ibaratnya
di suatu kebun kami menanam sayuran tetapi sayuran itu tumbuh bersama
ilalang lalu ilalang itu merusak
pertumbuhan sayur yang seharusnya tumbuh dan subur. Perumpamaan di atas sama
seperti sistem senioritas yang
mempengaruhi pertumbuhan generasi muda papua untuk terus terikat dalam pemahaman zaman komunal
primitif. Generasi muda papua bukan lagi robot yang kita harus kendalikan semaunya,
tetapi generasi ini harus di asa untuk
menjadi senjata yang akan merubah suatu bangsa.
Banay orang yang mengatasnamakan
senior lalu menindas generasi, bahkan senioritas ini juga sering menjadi tameng
untuk membalas luka batin masa lalu oleh seseorang. Tetapi papua merdeka tidak
mengenal senior dan junior, dalam hal ini kita semua adalah rakyat. Maka semua
rakyat harus bersuara dan bebas berbicara tentang papua, karena usia tak
menentukan kita dewasa kemudian dewasa bukan berarti senior. Perjuangan
membutuhkan kesatuan paham yang tidak membedahkan berdasarkan kelas, jika perbedaan kelas ini masih berlaku
di lingkup gerakan prodem maka kita adalah aktor yang memperpanjang penjajahan
di atas tanah papua.
Karena realitasnya hari ini para
pejuang cenderung mencari jabatan,
tetapi buta melihat esensi daripada perjuangan itu apa. Maka kita harus
mewariskan cara yang benar kepada generasi muda papua, dengan memberikan
kebebasan dalam hal memilih dan menentukan. tugas senior hanya sebatas
mengarahkan, bukan membungkam ruang gerak generasi papua. Berikan hak
menentukan kebebasan kepada generasi muda papua.Karena Kebebasan adalah
kemampuan untuk melakukan apa yang diinginkan, atau hak dengan anugerah dan
kelebihan yang dimiliki (yaitu hak istimewa). Maka sistem-sistem yang mengikat
dan membungkam ruang gerak itu harus dihapuskan.
Peran senior dalam mendidik
generasi papua.
Banyak generasi papua yang telah
sadar tentang realitas, tetapi cara kita mendidik dan menerapkan sistem
pendidika pada komunitas ini sangat mengikat, Erick Fromm pernah mengatakan
dalam bukunya The Heart Man (1966) bahwa pendidikan yang memandang orang
sebagai objek hanya akan menghasilkan sifat manusia yang disebut nercrophily
(cinta benda mati), dan tidak menumbuhkan sifat biophlly (cinta kehidupan).
Konsep ini menurut Freire, mengandaikan suatu hubungan dimana di satu pihak ada
seorang tokoh, yaitu pendidik, yang selalu bercerita dan dianggap sumber dari
segala ilmu. Di lain pihal, ada peserta didik yang dianggap sebagai objek yang
patuh dan tekun mendengarkan.
Akhirnya, dapat dikatakan bahwa
sistem pendidikan ini dengan memitoskan realitas, terus berisaha menutupi
fakta-fakta tertentu yang menjelaskan cara manusia bereksistensi dalam dunia.
Sistem ini menolak dialog dan memperlakukan peserta didik sebagai objek
pembantu. Jadi dalam sistem ini senior adalah figur yang mahatahu, sedangkan
peserta didik itu tidak tau apa-apa. Hal ini harus kita ubahkan dengan cara
pendidik belajar dari peserta didik dan peserta didik belajar dari pendidik
atau junior belajar dari senior senior belajar dari junior.
Kesimpulan.
“Di atas langit masih ada langit”
dalam hal ini kita harus sadari bahwa, kita sebagai manusia tak bisa menentukan
kedewasaan diri dari usia. Samahalnya juga kita tak bisa menentukan tingkat
pemahaman/kecerdasan dari pendidikan. Ijazah hanya sebuah tanda bahwa kita
pernah sekolah, bukan tanda bahwa kita pernah berpikir (Rocky Gerung) artinya, kita
menganggap diri senior dari sisi pendidika bukan berarti kita maha tau tentang
segala hal. Karena di luar sana masih ada Banyak orang yang lebih tau, tetapi
mereka memilih diam bahkan mereka menghargai pendapat orang lain.
Hal ini juga harus berlaku
dikalangan komunitas mahasiswa papua, agar tidak ada kelas penindas dan kelas
yang merasa ditindas. karena jika doktrin ini dibiarkan maka akan menjadi
benalu di setiap mahasiswa yang merasahkan betapa pedihnya sistem senioritas
itu, kemudian hal ini akan terus diulang dari generasi ke generasi.
Suatu bangsa yang besar akan
bertahan karena ada pemuda yang menggerakkan perubahan dan melakukan kegiatan
positif untuk kemajuan bangsanya. Jangan sampai pemuda malah terjebak dalam
kegiatan yang tidak produktif yang justru akan menghancurkan masa depan
bansanya.bangsa papua adalah bangsa yang besar maka membutuhkan peran generasi
muda sebagai agen perubahan. Oleh karene itu asah generasi siap tempur yang ada
hari ini sebagai peluruh untuk membebaskan bangsa papua dari perbudakan,
penjajahan,perampasan,genosida dan bentuk pelanggaran HAM yang ada di papua.
Referensi:
· Pendidikan Alat Perlawanan, Teori Pendidikan Radikal
Paulo Freire-Penulis: Siti Murtinisih/Penyuting: R. Hidayat, Yogyakarta: Resist
Book, Oktober 2004.
·
Erick Fromm The Heart Man (1966).
· https://www.dailysia.com/kata-kata-menyentil-rocky-gerung-butuh-logika-untuk-memahaminya/
·
https://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan