Bangkit, Tanah Airku
Di tengah malam yang sunyi, Dengan semangat yang menyala di dada, Kami berdiri, tak gentar, tak henti, Melawan penjajah yang menjarah jiwa.
Mereka datang dengan senjata dan tipu daya, Mengoyak tanah air kami yang suci, Namun, semangat kami takkan pernah layu, Karena cinta pada negeri ini abadi.
Anak panah di tangan kami,Berbalut doa dan harapan yang suci, Menghadang peluru dan kekejaman, Demi meraih kebebasan.
Kami bukan hanya manusia, Kami adalah api yang membara, Membakar segala bentuk tirani, Demi kebebasan yang hakiki.
Tetesan darah di tanah ini, Menjadi saksi perjuangan abadi, Untuk tanah air yang tercinta, Kami rela mati, demi merdeka.
Bangkitlah, wahai negeriku, Usir penjajah dengan nyali dan doa, Karena di setiap perjuangan ini, Ada janji kemerdekaan yang tak terperi.
Sahabat Perjuag.
Di bawah langit biru yang merintih,Kau berdiri teguh, sahabat sejati, Melawan kuasa yang tak berbelas kasih, Menggenggam erat tanah ini.
Tanah yang kau cintai, di mana akar merajut cerita, Tempat air mata dan tawa menyatu dalam harmoni, Kini dijajah, diambil paksa tanpa asa, Namun semangatmu tak pernah surut, tak pernah mati.
Kau berdiri di depan barisan, Dengan mata penuh api perjuangan, Melawan mereka yang hanya memandang keuntungan, Tak peduli pada jeritan alam dan insan.
Setiap langkahmu adalah puisi keberanian, Setiap teriakanmu adalah nyanyian kemerdekaan, Kau lawan mereka dengan hati dan ketulusan, Demi masa depan yang lebih manusiawi dan berkeadilan.
Sahabat, dalam deru dan debu perjuangan, Aku lihat dalam matamu, cahaya harapan, Bahwa meski rintangan begitu besar di hadapan, Kau takkan goyah, kau takkan terdiam.
Untuk setiap tetes keringat dan darah yang kau curahkan, Untuk setiap doa dan harapan yang kau bisikkan, Aku bersamamu, dalam setiap langkah penuh perjuangan, Karena tanah ini adalah warisan, bukan untuk dirampas dan dilupakan.
Watnimin!
